Kamis, 20 November 2014

Partner

Aku paling suka digombalin pacar ..
Apalagi kalau lagi marahan, dia suka banget melontarkan kata-kata ini :
"Kamu kenapa sayang, jangan gini dong nanti cantiknya hilang. Kita kan partner, kalau ada masalah diselesein bareng-bareng harusnya, kenapa sayang cerita dong"
Akhirnya aku ngomong sambil marah-marah, tapi ujung-ujungnya aku meleleh sama kesabarannya dia :')

Oh senja, aku lagi rindu dia hari ini. :')

Selasa, 18 November 2014

Selamanya

Pada saat itu 19 februari 1994, adalah saat yang dinantikan, aku berusia 5 tahun pada saat itu.
Hari itu aku menunggu kelahiran adikku , dan aku sangat yakin kalau adikku nanti adalah laki-laki.
Saat itu adzan magrib terdengar, saat masih kecil mitos itu selalu aku terapkan dalam pikiran "kalau maghrib ga boleh keluar rumah, nanti diambil kalongwewek" 
Jadi pada saat itu aku lebih baik menunggu di dalam kamar bersalin. 
Aku melihat badan ibuku lemas, marah karena bapak tidak mendampingi, diam menahan sakit. Lalu tiba-tiba menangis dan dokter langsung datang lalu mengusirku.
Aku sebal disuruh keluar karena masih kecil katanya, terus pintu di tutup. 
Aku memandangi pintu yang di tutup, lalu melihat nenek yang menyuruhku duduk tapi aku gamau, aku ingin melihat adikku yang keluar dari perut ibu, yang aku sendiri gatau bagaimana cara keluarnya.
Aku mondar-mandir kearah pot bunga di ruang tunggu, lalu kembali lagi ke depan pintu kamar yang di tutup. 
Pintu itu adalah pintu geser, dengan perasaan was-was takut dimarahi aku menggeser pintu itu sedikit sekali sehingga mata sebelah aku bisa melihat  ke dalam, kebetulan kamar itu langsung mehadap ke kasur. 
Ibuku sedang di kerumuni banyak suster, aku tak bisa melihat ibuku. Badan ibuku tertutup badan suster, aku pengen lihat adikku. Karena yg terpikir dariku, adikku akan keluar lewat perut ibu. Bukan dari kelamin ibu.
Aku sebal, aku tidak melihat ke dalam lagi, tp aku masih di depan pintu karena sebal bagaimana caranya ingin melihat.
Tak lama setelah itu, terdengar suara tangisan bayi, kencang sekali. Aku kager dan melihat kembali ke celah pintu.
Banyak darah di kaki ibu, di tangan dokter dan suster, lalu dokter memberikan badan kecil yang merah ke hadapan ibu lalu suster mengambil alih badan mungil itu ke sebuat bathtub. 
Aaah itu adikku, horee aku punya adik, aku mau main kereta api bareng, aku mau ajak main mobil2an, aku mau tidur bareng sama dia. Horee aku punya adik!
Tak lama pintu kamar terbuka, aku tak sabar menunggu untuk melihat adikku, aku dan nenek berdiri di depan pintu. Lalu dokter keluar dan bilang pada nenek. "Anaknya perempuan bu, cantik"
Aku kaget, aku kecewa sekali. Kenapa perempuan?? Bukannya laki-laki?? Ibu ko bohong, aku kan minta adik laki-laki. 
Aku menghampiri bayi kecil yang sudag bersih di samping ibu, aku melihat dia. Dia bukan laki-laki, dia cantik. Matanya besar tapi menyipit, hidungnya mancung kecil, bibirnya bergerak gerak, tangannya kecil, warnanya pucat. 
Lalu aku bertanya "kenapa perempuan bu? Aku kan minta laki-laki?"
Ibuku lemas dan mungkin sedang kesal, aku malah dimarahi, "itu sudah takdir dari alloh, mau perempuan atau laki-laki sama saja, ini adik kamu"

Pada saat itu aku mungkin masih belum menerima, tetapi seiring berjalannya waktu, rasa sayang ini malah sangat besar pada adikku, aku malah gamau melihat adikku menangis , kesakitan atau jalan sendirian. Mau pergi sekolahpun, aku sedih meninggalkan dia di rumah, main sendiri di rumah. 

Sampai akhirnya sekarang, aku dan dia sudah tumbuh menjadi remaja.. Melakukan apapun bareng, tidur bareng, main bareng, marah-marahan, sayang-sayangan, nangis bareng, semua bareng..

Rasa sayang aku dari kecil ternyata tidak berubah sampai sekarang, aku masih tak ingin melihat dia menderita, melihat dia menangis, apapun akan aku lakukan biar dia bahagia, walaupun belum maksimal. Entah bagaimana nanti ketika kita akan menghadapi hal baru, ketika kita akan berumah tangga, aku harap kita akan masih seperti ini selamanya. 

Aku sayang kamu Gita Ramadian Arief, selamanyaaa 😘


Selasa, 04 November 2014

??

Pernahkah kalian merasa bahwa dunia ini tak adil?
Aku pernah
Pernahkah kalian merasa bahwa kalian tidak berpotensi?
Aku pernah
Pernahkah kalian merasa bahwa sebenarnya untuk apa kalian dilahirkan?
Aku pernah
Pernahkah kalian merasa bahwa keberuntungan tidak selalu memihak padamu?
Aku pernah
Pernahkan kalian berfikir saat mati nanti apa yang akan di pertanggung jawabkan?
Aku pernah
Pernahkah kalian berfikir untuk apa aku menulis blog ini?
Aku pernah dan aku pun sama tidak tau.